hidup dalam sebuah keluarga yang ia rasakan tidak lengkap. ia tidak memiliki ayah.
Buku ini menjelaskan tentang seni dan budaya yang ada di Indonesia
kritik buku ini seperti edisi sebelumnya, dibangun dengan arif. Hadir melalui kisah-kisah lincah tentang kemerdekaan berpikir ala bocah-bocah yang nama-namanya mewakili berbagai keyakinanm seperti Christine, Parwati, Dharma, Samin, Kapitayan, Buchori, dan Pangestu, yang diimbangi kearifan Bu Guru Matematika dan Pak Guru Biologi dalam "angon" murid-muridnya yang sangat independen itu.
Buku ini menyingkap keindihan dan makna mendalam dari koleksi kartus pos berharga dan bangunan ikonik di minang kabau
Angkasa Dirgantara, nama yang memiliki makna seluas jagad raya. Sahabat. Sekaligus cita pertama seorang Nadin Jedvanna. Ternyata dengan sebuah kata "Hai" Takdir mempertemukan mereka, Namun, pertemuan itu tidak berlangsung lama. Setelah Angkasa mengungkapkan perasaannya, ia menghilang selama dua tahun
Sekumpulan anak melakukan pendakian di Gunung Gede saat liburan sekolah. Pendakian itu merupakan pendakian pertama untuk mereka. Banyak hal terjadi di perjalanan mereka dimulai dari kedinginan, kecapekan, sampai gangguan hewan-hewan
Mitsuha, seorang gadis SMA yang tingal di sebuah desa di pegunungan, bermimpi dia menjadi seorang anak laki-laki. Dia bangun di sebuah kamar yang asing, berteman dengan orang asing, melihat kota Tokyo tepat di depan matanya
Dika dan Sasa, dua remaja yang tidak saling kenal, namun harus terikat dalam sebuah perjodohan dan menghadapi problematika rumah tangga di usia muda. Perbedaan pendapat, ego yang belum stabil dan rasa tak ingin mengalah, tak jarang menimbulkan perdebatan di antara keduanya.